Berkembangnya kemajuan teknologi di era globalisasi memang menuntut semua masyarakat untuk lebih maju dan mengenal berbagai kemajuan dibidang teknolgi informasi. Kita tahu, bahwa saat ini banyak sekali bermacam gadget maupun perlatan berteknologi tinggi dengan cepat merambah ke berbagai sendi kehidupan, baik dari wilayah metropolitan, pinggiran maupun pedesaan hingga ke pelosok terpencil semua sudah terjamah dengan ganasnya kecanggihan teknologi. Bahkan bisa dibilang bahwa teknologi era 90 an sampai 2000 awal masih dianggap barang yang aneh dan mewah sekarang bukan barang yang sulit untuk didapatkan, justru sebaliknya merupakan kebutuhan yang pokok untuk ada dalam kehidupan masyarakat.
Merambahnya kecanggihan
teknologi tentunya akan membawa dampak yang luar bisa. Teknologi bagai pisau
bermata dua, satu sisi sebagai penunjang kehidupan di sisi lain membawa dampak
negatif jiak tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Berbagai kegiatan yang
ada di sekitar dunia pekerjaan tentu tidak luput dari kemajuan teknologi itu
sendiri, dan bisa dikatakan sebagai hal yang utama untuk mendukung pekerjaan
tersebut.
Haris Munandar Iskandar,
Direktur Pembinaan SMA, (Kemdikbud, http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-bekal-mencari-kerja),
menyatakan bahwa “ Mengarungi kehidupan pada abad 21, untuk menjadi warga negara yang
fungsional atau mendapat pekerjaan tetap tidak cukup hanya berbekal keterampilan
baca, tulis, hitung (calistung), tapi juga kompetensi pemecahan masalah di
lingkungan yang syarat dengan teknologi informasi dan teknologi (TIK). Bekal
keterampilan mencari kerja saat ini dan ke depan bukan lagi calistung, tetapi
“calistungtik.” Tidak berlebihan jika mengatakan bahwa kita telah mengalami
sebuah “revolusi senyap” dengan hadirnya TIK yang telah mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan. Tanpa terasa, makin hari kehidupan kita menjadi makin
tergantung pada TIK, beserta gadgetnya, yang tidak pernah terbayangkan pada
tahun 1980-an “.
Berbicara tentang
teknologi pada dunia pekerjaan, sudah barang tentu bagi kita para pendidik juga
harus berhadapan dengan kecaggihan teknologi. Salah satu contohnya yaitu guru
atau yang terlibat pada dunia pendidikan harus mengenal apa namanya perangkat
komputer. Mungkin juga masih banyak para pendidik kita yang sudah :Gaptek”
karena usia atau faktor lain. Sehingga untuk mengejar dan belajar IT mereka
masih “grayah-grayah” terkadang malah kalah dengan siswanya.
Waktu memang tidak bisa
dikembalikan, waktulah yang harus kita kejar, waktu tidak akan menunggu kita.
Oleh sebab itu dari sedikit uraian tentang kemajuan teknologi diatas, tentunya
kita sudah bisa membaca bahwa IT sangatlah penting salah satunya pada dunia pendidikan.
Menjadi suatu pertanyaan bahwa pada kurikulum 2013 ini ada yang mengatakan
bahwa mapel IT akan dihapus dari sturktur kurikulum, mengapa ? itulah yang
harus bisa dijawab oleh pembuat kebijakan.
Tulisan ini tidak akan
membahas lebih jauh tentang apa itu IT. Lebih dari itu, jika kita bicara tentang IT di dunia
pendidikan khususnya sekolah maka benak kita akan tertuju pada satu “ aktor ”
yang terlihat sepele dan diremehkan. Tetapi memegang suatu tanggung jawab dan
beban yang sangat besar, yaitu Operator Sekolah. Operator sekolah merupakan
tenaga pendukung yang mempunyai tanggung jawab dalam pengolahan data di
sekolah yang bersangkutan, baik itu
menyangkut masalah pendidik, peserta didik, keuangan maupun administrasi
lainnya. Tannpa operator pada saat ini, sudah barang tentu sekolah akan
kelabakan dalam menjalankan tugas administrasi yang harus diselesaikan.
Mengingat, sekolah sekarang ini juga harus dituntut dalam penyelesaian
administrasi lainnya selain sebagai tempat untuk mengajar.
Seperti yang diulas
diatas bahwa dengan perkembangan teknologi, maka administrasi sebuah lembaga (
sekolah ) harus diselesaikan dengan cepat dan tepat waktu. Tidak jarang para
OPS bekerja tanpa henti dan dikejar oleh deadline yang sudah ditentukan. Apalagi
saat ini pemerintah dalam hal ini kemendikbud telah meluncurkan beberapa
aplikasi yang berbasis IT ( Web). Aplikasi berbasis IT ini dimaksudkan untuk
mendukung dan mengumpulkan berbagai informasi yang valid selain dengan dokumen
manual dari berbagai sendi di dunia pendidikan ( guru, siswa, tenaga
kependidikan, pengawas, kepala sekolah, dosen, mahasiswa, dan sebagainya ).
Saat ini ada beberapa
aplikasi yang muncul dan tenar yaitu :
1. Dapodik,
suatu aplikasi untuk pengolahan data pokok pendidikan yang didalamnya memuata
data sekolah, sarpras, pendidik, peserta didik, tenaga kependidikan yang akan
digunakan untuk berbagai tunjangan dan fasilitas lainnya. Aplikasi ini
dikerjakan secara online maupun ofline.
2. Padamu
Negeri, singkatan dari Pangkalan Data dan Penjamin Mutu Pendidikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hal ini kemdikbud melalaui BPSDM melalukan
Verval dan pengajuan data NUPTK untuk proses penyaringan peserta UKG dan
sergur.
3. Aplikasi
Online BOS, untuk melaporkan hasil penggunaan dana BOS setiap triwulan dan
dapat dilihat dan diketahui oleh umum.
Masih banyak lagi aplikasi yang ada
untuk menunjang administrasi pendidikan khusunya di satuan pendidikan di
tingkat daerah maupun pusat.
Dari berbagai pekerjaan
tersebut tentunya dibutuhkan tanaga operator atau administrasi yang fokus dan
sudah barang tentu menguasai bidangnya. Permasalahan yang timbul di lapangan
terkait dengan adanya kemajuan teknologi pengolah data antara lain : kurang
siapnya SDM yang ada di daerah, sarpras belum mendukung khususnya didaerah
terpencil untuk akses internet, kurangnya sosialisasi, dan yang paling parah
adalah setelah aplikasi itu muncul masih banyak BUGS/ERROR, sehingga data yang
diinputkan tidak sesuai dengan yang diharapakan.
Dalam hal ini tentunya
para OPS bekerja keras untuk dapat menginput data, bahakan ada beberapa OPS di
Indonesia yang belajar secara otodidak dalam pengoperasian aplikasi tersebut.
Kurangnya koordinasi dengan dinas pendidikan setempat yang terkesan melepas
begitu saja. Ada beberapa daerah yang memberikan sosialisasi update terbaru
sudah terlambat.
Validitas data memeang
sangat diperlukan, oleh karena itu dukungan dan kerjasam oleh semua pihak
sangat diharapkan. Memang, kebanyakan dari OPS adalah tenaga lepas/GTT/PTT yang
gajinya ibarat hanya cukup untuk membeli secangkir kopi. Lain daripada itu
validitas data menyangkut nasib pihak yang terlibat ( guru, siswa, sekolah ).
Jika data tidak valid karena kekurangan data yang ada maka sesuai dengan SOP
aplikasi secara otomatis fasilitas yang akan diterima yang bersangkutan akan
berkurang bahkan mungkin tidak menerima sama sekali. Pada saat seperti itulah
OPS banyak yang menjadi sasaran pertanyaan dan kesalahan. Karena, yang merka
tahu adalah OPS memasukan data dan tidak mengetahui secara pasti permasalahan
teknis dan juknis yang ada.
Banyak forum media
seperti sosial facebook, tweter ataupun lainnya menjadi wadah silaturahim dan
komunikasi serta sharing dan konsultasi terkait tugas para OPS. Disitulah para
OPS belajar dan curhat dengan tugasnya. Begitu berta tugas mereka yang sebagian
besar masih GTT ataupun PTT. Jika boleh dibilang OPS sekolah itu bagaikan Habis
Manis Sepah Dibuang.
Terkait adanya aplikasi
– aplikasi online yang melibatkan OPS, dengan berbagai masalah yang timbul
tentunya kita sebagai aktor yang juga berperan dibalik validitas data akan
sangat membahagiakan jika kita mengerti dan bekerjasama dengan para OPS.
Operator sekolah juga manusia kesalahan itu wajar, jika kita saja terkadang
diminta untuk mengumpulkan data oleh OPS kita masih menggerutu, banyangkanlah
menggurutunya OPS. Disadari atau tidak kita sendiri belum tentu mampu untuk
mengerjakan.
Maka pantaslah jika
Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa (Dahulu), maka untuk Operator Sekolah patut
sebagai Pahlawan Data tanpa Tanda Jasa. Seyogyanya pemerintah melalaui
Kemdikbud dapat memperhatikan para OPS yang berada di lapangan, tentunya hal
itu juga akan mendukung proses validitas data dan informasi yang dikirimkan.
Kebijakan-kebijakan yang ada dan belum adanya payung hukum yang resmi tentang
operator, membuat sebagain lembaga pendidikan mengambil sikap “sepantasnya”.
Namun banyak juga
lembaga yang dapat mengambil langkah bijak guna mendukung program kemdikbud
salah satunya yaitu dengan menganggarkan biaya operasional operator yang
berasal dari dana BOS, walaupun ketentuan ini masih belum jelas. Ada juga yang
mengambil inissiatif dengan memberikan fee
kepada operator dari iuran sukarela para guru. Apapun kebijakan yang
diambil yang terpenting adalah yang terbaik bagi kita semua. Maka dari itu
Operator sekolah juga bisa disebut sebagai Ujung Tombak Validitas Data.
Semoga bermanfaat.
TERMUAT PADA MAJALAH MEDIA DINAS PENDIDIKAN
PROV. JAWA TIMUR EDISI MARET 2014 NO 01/THN.XLIV/MARET 2014 HAL. 17 - 19
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah mengunjungi gubuk saya...!!
Salam