Friday 15 November 2013

KADO UNTUK ISTRIKU





Istriku, dengarlah isi hatiku.......

Minggu 14 Nopember 2010 pukul 06.30 WIB. Sebuah perjalanan hidup seorang anak manusia,  baru dimulai dalam menjalankan bahtera rumah tangga. Dihadapan penghulu dan saksi serta wali dari calon isteriku, aku bersumpah dan berjanji dihadapan Allah SWT. Dengan seperangkat alat sholat dan uang mahar secukupnya, aku mengucapkan akda nikah.

Perjalanan dan perjuangan yang penuh liku dalam menentukan pilihan pendamping hidup untuk selamanya dalam naungan ridho Tuhan yang Maha Esa. Berharap menjadi keluarga yang sakinah, mawada, warahmah. membina keluarga beserta anak istri tercinta. Semua kan berubah setelah beberapa menit hanya untuk meminta kepada Allah SWT akan masa depan yang lebih baik.

Sekarang, tepat 3 tahun aku menjalani sumpah setia dan janji kepaNya untuk selalu menjaga, merawat, membimbing, membina, mengarahkan, mengayomi, menyayangi, mencintai dengan segala kekurangan dan kelebihan dari kami berdua. Banyak suka, duka, benci, amarah, tangis, tawa menyertai disetiap hari demi hari.  Menjadi promotor dan panutan serta suri tauladan bagi anak-anak kami.
  • Duhai istriku, ingatlah jika engkau menuntut banyak tentang Hakmu kepadaku, maka ingatlah juga tentang kewajibanmu kepadaku begitujuga akan kulakukan kewajibanku kepadamu.
  • Wahai Istriku, Jika kamu banyak mengeluh tentang kekuranganku, maka ingatlah aku selalu menerima kekurangan dan kelebihanmu.
  • Wahai istriku, jika kamu mengeluh tentang anak-anak kita, maka ingatlah akan keluhan kita pada Allah tentang kehadiran anak-anak kita.
  • Wahai istriku, jika aku keras dan kepadamu, maka ingatlah..semua itu aku lakukan karena semata-mata untuk kebaikan kita dan tanggung jawabku hanya kepada Allah. Karena dengan mengucapkan akad nikah itu. Gugur semua kewajiban dan tanggung jawab orang tuamu, dan aku yang menggantikan semua kewajibannya dan menaggung segalanya. Karena suami bagaikan nahkoda yang akan dimin pertanggung jawabannya kelak diakhirat.
  • Wahai istriku, janganlah kita mendidik anak dengan segala kemudahan yang ada. Didiklah anak kita sebagai seorang raja pada usia balita, dan didik anak kita sebagai seorang tentara jika sudah baligh. Karena anak adalah cerminan dari didikan kita. Dan sebagai pahal bagi kita kelak jika menjadi anak anak yang sholeh. Andaikata kita mati, maka anak – anak kita yang pertama kali doanya tersampai pada kita.

Ingatlah ini, pada saat aku mengucapkan 

"Saya Terima Nikah dan kawinya................binti............................dengan Mas Kawin seperangkat alat shalat..Di Bayaaaar Tunai!!" 

Singkat, padat dan jelas.. Tapi tahukan makna PERJANJIAN/IKRAR tersebut..?? Maka aku tanggung dosa dosamu dari ayahmu dan ibumu, dosa apa saja yg telah kau lakukan, dari tidak menutup aurat hingga kau meninggalkan sholat.. Semua yang berhubungan dengan mu, aku tanggung dan bukan lagi orang tuamu yang menanggung, serta akan aku tanggung semua dosa calon anak2ku..Jika aku GAGAL..?? Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku..(HR. Muslim)..

Istriku....

Begitu beratnya pengorbanan suamimu terhadapmu, karena saat Ijab terucap, Arsy-NYA berguncang karena beratnya perjanjian yang kubuat di depan ALLAH dengan di saksikan para malaikat dan manusia.. Maka andai saja kau menghisap darah dan nanah dari hidung suamimu.. Maka itupun belum cukup untuk menebus semua pengorbanan suami terhadapmu.
                                                                                    
Tahukah engkau, bahwa suamimu adalah surga untukmu, karena :

  • Suamimu dibesarkan oleh ibu yang mencintainya seumur hidup. Namun ketika dia dewasa, dia memilih mencintaimu yang bahkan belum tentu mencintainya seumur hidupmu, bahkan sering kala rasa cintanya padamu lebih besar daripada cintanya kepada ibunya sendiri.
  • Suamimu dibesarkan sebagai lelaki yang ditanggung nafkahnya oleh ayah dan ibunya hingga dia beranjak dewasa. Namun sebelum dia mampu membalasnya, dia telah bertekad menanggung nafkahmu, perempuan asing yang baru saja dikenalnya dan hanya terikat dengan akad nikah tanpa ikatan rahim seperti ayah dan ibunya.
  • Suamimu ridha menghabiskan waktunya untuk mencukupi kebutuhan anak-anakmu serta dirimu. Padahal dia tahu, di sisi Allah, engkau lebih harus di hormati tiga kali lebih besar oleh anak-anakmu dibandingkan dirinya. Namun tidak pernah sekalipun dia merasa iri, disebabkan dia mencintaimu dan berharap engkau memang mendapatkan yang lebih baik daripadanya di sisi Allah.
  • Suamimu berusaha menutupi masalahnya dihadapanmu dan berusaha menyelesaikanny a sendiri. Sedangkan engkau terbiasa mengadukan masalahmu pada dia dengan harapan dia mampu memberi solusi. padahal bisa saja disaat engkau mengadu itu, dia sedang memiliki masalah yang lebih besar. namun tetap saja masalahmu di utamakan dibandingkan masalah yang dihadapi sendiri.
  • Suamimu berusaha memahami bahasa diammu, bahasa tangisanmu. sedangkan engkau kadang hanya mampu memahami bahasa verbalnya saja. Itupun bila dia telah mengulanginya berkali-kali.
  • Bila engkau melakukan maksiat, maka dia akan ikut terseret ke neraka, karena dia ikut bertanggung jawab akan maksiatmu. Namun bila dia bermaksiat, kamu tidak akan pernah di tuntut ke neraka. karena apa yang dilakukan olehnya adalah hal-hal yang harus dipertanggung jawabkannya sendiri...

Tiga tahun bagaikan masa kanak-kanak yang belum bisa apa-apa, hanya bisa belajar berjalan, bicara, melihat, meniru dan sebagainya. Tiga tahun merupakan sedikit dari awal kehidupan bersama kita. Bersabarlah akan apa yang kita hadapi, teruslah kita memohon ampin dan petunjukNya. Niscaya kita akan memperoleh kebahagiaan kelak dimasa depan.

‘Ya Allah, aku meminta kepada-Mu dari kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan/tabiatkan dia di atasnya dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan apa yang Engkau ciptakan/tabiatkan dia di atasnya’.
       
                                                          Mojorayung, 14 Nopember 2013