Dampak
abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud masih sangat terasa sekali. Nampak
sepanjang jalan mulai dari depan rumah hingga tempat aku mengajar di pegunungan
yang berjarak 35 Km masih menyisakan debu dan pasir yang banyak. Alhasil, aku
sendiri harus ekstra waspada dan hati – hati dalam berkendara, apalagi hanya
menggunakan sebuah sepeda motor dengan roda depan yang sudah halus. Belum lagi
debu dan pasir yang berterbangan membuat aku harus menggunakan masker dan
kacamata hitam bak pahlawan bertopeng.
Namun,
itu semua harus aku jalani. Kadangkala aku harus mengambil jalur lain yang
lebih jauh. Biasanya hanya 35 Km dalam waktu 45 menit, dengan keadaan banyak
pasir dan debu di jalanan yang tak kunjung hilang dan membahayakan posisi
berkendara aku harus menempuh 45 Km dengan jalur lain. Sedangkan waktu
bertambah menjadi 1 jam 15 menit setiap hari sekali perjalanan.
Hari
ini aku pulang lebih awal. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan terkait
dengan Dapodik, apalagi ada teman sesama operator yang harus aku bantu dalam
sinkronisasi data dengan server pusat. Akhir-akhir ini memang sangatlah sulit
untuk melakukan sinkronisasi data dengan server pusat, apalagi kalau hanya
menggunakan modem dengan sinyal setinggi atap genting. Letak geografispun juga
berpengaruh terhadap penerimaan sinyal.
Yah..itulah
tugas kami selain sebagai guru, juga merangkap sebagai tenaga OPS terkait
pengiriman data yang dibutuhkan khususnya bagi penerima TPP. Siang malam
bekerja tanpa henti hanya untuk melototi laptop dan mengadu nasib untuk dapat
sinkron. Jika data tidak terikirim apalah jadinya bagi guru lain yang telah
sertifikasi. TPP tidak cair, kami yang disalahkan. Sering juga berdebat dengan
istri, karena istri cemburu, sudah sekian lama istri tidak di “sinkron”, tapi
suami hanya sinkron lainnya saja ( just kidding ). Maklumlah, di SD tidak ada
tenaga TU, yang ada hanya TU serabutan yang diambil dari guru yang bisa
mengoperasikan komputer.
Siang
ini, aku pulang ke rumah. Tepat pukul 13.30 WIB, dengan wajah lusuh mulut
mengering, jaket kusam dan sebatang rokok yang belum habis aku hisap. Aku ketuk
pintu rumah dan disambut dengan tawa dan senyum dari anakku yang baru berumur 2
tahun kurang sebulan. Belum lagi wajah kakaknya yang langsung membukakn pintu
untukku. Serta merta aku hampiri mereka beruda dan aku berikan oleh – oleh
berupa tempe goreng, pisang goreng, dan tahu isi yang aku dapatkan saat
membentu teman-teman sinkronisasi data.
Ada
yang kurang dalam rumah ini. Tidak biasanya aku pulang tidak disambut oleh
isteriku. Nampak istriku kulihat ahanya cemberut menampakan muka bengisnya
bagai nenek lampir yang siap menerkan siapa saja. Sambil berlalu aku hanya
melirik saja. Memang aku tidak berucap sepatah kata saat istriku menampakan
wajah surmanya. Segera aku ganti baju dan mengambil air wudhu untuk sholat
dhuhur. Sepiring nasi aku ambil dari meja makan yang telah disipakan oleh
istriku.
Tak
berapa lama kemudian setalah aku makan, sejenak aku bercengkerama dengan
anak-anakau sebagai obat lelah setelah bekerja. Nampak istriku masih murung.
Sesekali aku lihat mukanya yang cemberut. Puas aku melampiaskan kangen ini pada
anak-anaku, tak terasa aku terlelap dalam tidur siangku. Entaah, berapa lama
aku tertidur, yang jelas begitu adzan ashar berkumandang segera aku bangun dan
tunaikan kewajibanku.
Pemandangan
berbeda nampak olehku. Saat ini aku lihat istriku telah bersih dan cantik,
rumahpun telah bersih. Mukanya pun nampak ceria dan tidak murung seperti siang
hari. Ucapanpun mulai terdengar dari mulut istriku yang menemani aku duduk di teras rumah dengan anak-anak.
Anak-anakpun nampak riang seskali memberi makan pada kelinci binatang paiaraan
kesayangan mereka. Rasa penasaran dalam hatiku belum juga luntur oleh sikap
istriku yang begitu cepat berubah bagaikan Kotaro Minami tokoh film jepang di
era 90 an yang berubah menjadi super hero Ksatria Baja Hitam.
Selang
berapa menit kemudian datang Jali. Ya..Jali adalah tukang bakso yang setiap
malam keliling naik sepeda di kampung kami. Tak mengecewakan memang masakannya.
Oleh sebab itu banyak juga yang suka dengan ngefans dengan baksonya. Belum juga
aku tanggap dan mengerti mengapa Jali datang kerumahku tanpa aku panggil dan
pada jam yang masih sore. Tidak seprti biasanya, aneh memang. Tanpa basa basi
istriku memanggil tetangga yanga da disekitar tempat tinggalku. Tak banyak
hanya 10 – 15 orang. Seperti halnya tentara, dengan komando dari istriku
seperti komandan, mereka menyerbu dengan lahap bakso yang ada di garasi. Entah
berapa mangkok yang mereka habiskan untuk mengeyangkan perut mereka kau tak
peduli. Mereka senang akupun senang karena pemberian apapun jika dari diri kita
secara iklas dan mereka mau menerima dengan iklas, maka kebahagiaan itu akan
terasa.
“Semoga panjang umur dan sehat selalu ya, Abi.
Lancar dalam segala hal kebaikan, menjaga dan menjadi ayah dan suami yang baik
serta medapatkan ridho dan ingat selalu pada Allah “. Ucap istriku yang
disambut dengan tawa riang para tetangga sambil mencicipi bakso.
Bengong
aku mendengar kalimat itu keluar dari mulut istriku. Tak kusangka dengan wajah
cemberut siang harinya ternyata berbuah kejutan hanya untuk mensyukuri panjang
umur dan hari kelahiranku. Sedangkan aku sendiri tidak peduli dengan hari
kelahiranku. Walaupun aku tahu tanggal ini adalah tanggal kelahiranku. Inilah menurutku
kado terindah dari istriku dan anak-anaku. Bukan hal yang istimewa dan bagus
lagi mewah, tapi kepedulian dan rasa kasih sayang mereka tetap ada untukku
walaupun aku sendiri terkadang tidak bisa berbuat seperti itu. Itulah aku
dengan segala kekurangan , kesalahan dan ego yang tinggi terkadang juga hinggap
dalam diri aku.
Tiga
puluh tahun yang lalu tepatnya tanggal 19 Pebruari 1984. Aku dilahirkan dari
seorang ibu yang ditunggu langsung oleh bapakku. 30 tahun sudah aku merasakan
udara yang tak lagi sesegar dulu di dunia ini. 3 dekade aku hidup karena Allah
menghendaki sampai ahari ini aku masih diberi waktu. Syukur alhamdulilah aku
panjatkan padaNya. Kesehatan, panjang umur, rejeki dan semua yang diberikan
Allah kepadaku. Namun, apalah arti seorang aku sebagai manusia yang serba salah
dan penuh dosa, ternyata Allah masih sayang dengan hambaNya.Banyak ucapan dari
rekan, teman, sahabat, saudara yang ada di jejaring sosial Facebook yang
mengirimkan ucapan selamat ulang tahun. Dengan penuh doa mereka dengan iklas
mengucapkan dan berdoa emoga segala kebaikan selalu aku dapatkan.
Aku lebih
senang jika hari ini dianggap dengan istilah hari kelahiran dibandingkan dengan
ulang tahun. Enatah kenapa, menurutku ulang tahun tidak cocok dan bertentangn
dengan prinsip aku. Tahun adalah waktu, dan waktu tidak akan terulang tapi
terus dijalani. Ulang tahun bukanlah dirayakan dengan segala kemewahan. Lebih dari
itu sebagai kcca benggala pada diri kita. Sampai waktu ini, pada saat usia kita
terhitung “mundur” untuk mencapai tujuan akhir, apa yang telah kita perbuat.
Tapi
kelahiran mengingatkan kepada kita betapa penuh perjuangan, harapan dan doa
dari orang tua kepada si jabang bayi yaitu kita nantinya akan menjadi seseorang
yang sesuai dengan angan-angan orang tua. Tentunya semua adalah yang terbaik. Jikapun
ada perayaan mewah dan kado, itu semua yang cocok menerima dan patut
mendapatkan adalah orang tua kita khusunya ibu yang dengan perjuangan antara
hidup dan mati, melahirkan kita. Aku berharap di tahun – tahun berikutnya jika
Allah masih menghendaki dan berharap aku untuk mendapatkan umur panjang, Allah
masih sayang kepadaku, keluargaku dan orang – orang disekitarku.
Spesial
dan khususon untuk isteriku, ibu, bapaku, adik-adiku, anak-anaku. Semua ucapan
aku persembahkan untuk kalian. Tanpa kalian, apalah artinya aku. Istriku yang
selalu setia mendampingi walaupun baru bebrapa tahun kita membina rumah tangga.
Dengan segala kesabaran dan kasih sayang menjalankan tugas dan kewajibannya
sebagai istri yang solehah. Selalu menemani aku dalam duka dan suka, susah
senang, menagis tertawa. Dan aku sendiripun belum mampu dan tetap berusaha
menjadi suami dan bapak yang baik. I Love You, Mama...Semoga Allah membalas
kebaikanmu dan menjauhkan dirimu dari api neraka, dan surgalah temmpatmu kelak.
Ibu...special
banget deh untuk njenengan. 30 tahun yang lalu ibu bertaruh nyawa demi aku. Sekarang
aku sudah menjadi dewasa. Sifat kenak-kanaku masih juga ada. Kasih sayang
engkau pada anakmu ini tak terbalaskan oleh apapun selain doa dariku semoga Ibu
juga panjang umur, sehat selalu dan selalu dalam lindungan Allah. Seharusnya inilah
hari ubu menurutku. Aku masih belum bisa menjadi anak yang berbakti. Namun doa
tetap teriring di setiap waktu untukmu.
Bapak...special
juga deh untuk njenengan. Akulah hasil karyamu di dalik bale bambu waktu itu
heheheheh. Kerasnya didikanmu, tamparan, gamparan, cambukan, kedisiplinan yang
engakau ajarkan ternyata mampu membuat aku memahami semuanya. Akulah yang
salah, akulah yang bodoh, akulah yang tidak menurut. Apapun itu bapak, semua
didikanmu telah membuat aku menjadi seorang lelaki yang tegar, yang insya allah
dapat menjadi pemimpin sesuai harapan bapak. Apa jadinya jika bapak tidak
mendidik aku dengan cara itu. Tentu aku tidak akan merasakan nikmatnya
kehidupan ini. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan, panjang umur, rejeki
yang barokah dan diberikan kemudahan dalam segala urusan. Aku belum bisa bisa
memebrikan dan membalasa semua jasa ibu dan bapak.
Anak-anaku,
kalian adalah penerus generasiku. Kalianlah yang selalu menghibur dengan segala
kenakalan, kekonyolan, tangisa, manja dan keceriaan. Kalianlah yang juga
memberikan spirit dan semangat di setiap hari. Kalianlah yang selalu sabar dan
setia disetiap permasalahn yang muncul dalam rumah tangga ini. Katena kalianlah,
aku dan mama kalian tetap semangat untuk meniti kehidupan. Semoga kalian juga
diberikan kesehatan dan panjang umur oleh Allah, kelak menjadi anak yang
sholeh, berbakti, dan berguna bagi sesama.
Adik-adikku...semoga
kalian semua sukses dan sehat, panjang umur diberikan segala kemudahan oleh
Allah. Walapun aku sendiri tidak pernah mengucapkan ulang tahun dan kalian juga
tidak pernah mengucapkan ulang tahun kepadaku. Namun, ingatlah kita tetap satu
darah, satu hati, satu rasa. Tanpa kalian juga apalah artinya kita, yang
terpenting jadilah kita sebagai orang-orang yang bisa membanggakan bagi orang
tua kita, keluarga kita dan orang – orang sekitar.
Saudaraku,
sahabatku, teman-temanku...terima kasih banyak untuk kalian yang telah
menyempatkan memberikan ucapan ualang tahun. Aku sendiri bisa dibilang tidak
pernah mengucapkan ulang tahun kepada kalian dan tidak pernah peduli dengan
kalian. Sebaliknya kalianlah yang peduli denganku. Semoga Allah memberikan
panjang umur dan kesehatan serta sukses selalu buat kalian juga.
ALLOOHUMMA THOWWIL
‘UMUURONAA FII THOO’ATIKA WA THOO’ATI ROSUULIKA WAJ’ALNAA MIN ‘IBAADIKASH
SHOOLIHIIN
“Ya Allah,
panjangkanlah umur dalam mentaati-Mu dan mentaati utusan-Mu
serta jadikanlah kami
hamba-hamba-Mu yang sholeh.”
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah mengunjungi gubuk saya...!!
Salam