Wednesday 19 February 2014

UCAPAN DAN KADO INI, SPESIAL BUAT KALIAN..!!!


Dampak abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud masih sangat terasa sekali. Nampak sepanjang jalan mulai dari depan rumah hingga tempat aku mengajar di pegunungan yang berjarak 35 Km masih menyisakan debu dan pasir yang banyak. Alhasil, aku sendiri harus ekstra waspada dan hati – hati dalam berkendara, apalagi hanya menggunakan sebuah sepeda motor dengan roda depan yang sudah halus. Belum lagi debu dan pasir yang berterbangan membuat aku harus menggunakan masker dan kacamata hitam bak pahlawan bertopeng.
Namun, itu semua harus aku jalani. Kadangkala aku harus mengambil jalur lain yang lebih jauh. Biasanya hanya 35 Km dalam waktu 45 menit, dengan keadaan banyak pasir dan debu di jalanan yang tak kunjung hilang dan membahayakan posisi berkendara aku harus menempuh 45 Km dengan jalur lain. Sedangkan waktu bertambah menjadi 1 jam 15 menit setiap hari sekali perjalanan.

Hari ini aku pulang lebih awal. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan terkait dengan Dapodik, apalagi ada teman sesama operator yang harus aku bantu dalam sinkronisasi data dengan server pusat. Akhir-akhir ini memang sangatlah sulit untuk melakukan sinkronisasi data dengan server pusat, apalagi kalau hanya menggunakan modem dengan sinyal setinggi atap genting. Letak geografispun juga berpengaruh terhadap penerimaan sinyal.
Yah..itulah tugas kami selain sebagai guru, juga merangkap sebagai tenaga OPS terkait pengiriman data yang dibutuhkan khususnya bagi penerima TPP. Siang malam bekerja tanpa henti hanya untuk melototi laptop dan mengadu nasib untuk dapat sinkron. Jika data tidak terikirim apalah jadinya bagi guru lain yang telah sertifikasi. TPP tidak cair, kami yang disalahkan. Sering juga berdebat dengan istri, karena istri cemburu, sudah sekian lama istri tidak di “sinkron”, tapi suami hanya sinkron lainnya saja ( just kidding ). Maklumlah, di SD tidak ada tenaga TU, yang ada hanya TU serabutan yang diambil dari guru yang bisa mengoperasikan komputer.
Siang ini, aku pulang ke rumah. Tepat pukul 13.30 WIB, dengan wajah lusuh mulut mengering, jaket kusam dan sebatang rokok yang belum habis aku hisap. Aku ketuk pintu rumah dan disambut dengan tawa dan senyum dari anakku yang baru berumur 2 tahun kurang sebulan. Belum lagi wajah kakaknya yang langsung membukakn pintu untukku. Serta merta aku hampiri mereka beruda dan aku berikan oleh – oleh berupa tempe goreng, pisang goreng, dan tahu isi yang aku dapatkan saat membentu teman-teman sinkronisasi data.
Ada yang kurang dalam rumah ini. Tidak biasanya aku pulang tidak disambut oleh isteriku. Nampak istriku kulihat ahanya cemberut menampakan muka bengisnya bagai nenek lampir yang siap menerkan siapa saja. Sambil berlalu aku hanya melirik saja. Memang aku tidak berucap sepatah kata saat istriku menampakan wajah surmanya. Segera aku ganti baju dan mengambil air wudhu untuk sholat dhuhur. Sepiring nasi aku ambil dari meja makan yang telah disipakan oleh istriku.
Tak berapa lama kemudian setalah aku makan, sejenak aku bercengkerama dengan anak-anakau sebagai obat lelah setelah bekerja. Nampak istriku masih murung. Sesekali aku lihat mukanya yang cemberut. Puas aku melampiaskan kangen ini pada anak-anaku, tak terasa aku terlelap dalam tidur siangku. Entaah, berapa lama aku tertidur, yang jelas begitu adzan ashar berkumandang segera aku bangun dan tunaikan kewajibanku.
Pemandangan berbeda nampak olehku. Saat ini aku lihat istriku telah bersih dan cantik, rumahpun telah bersih. Mukanya pun nampak ceria dan tidak murung seperti siang hari. Ucapanpun mulai terdengar dari mulut istriku yang menemani aku  duduk di teras rumah dengan anak-anak. Anak-anakpun nampak riang seskali memberi makan pada kelinci binatang paiaraan kesayangan mereka. Rasa penasaran dalam hatiku belum juga luntur oleh sikap istriku yang begitu cepat berubah bagaikan Kotaro Minami tokoh film jepang di era 90 an yang berubah menjadi super hero Ksatria Baja Hitam.
Selang berapa menit kemudian datang Jali. Ya..Jali adalah tukang bakso yang setiap malam keliling naik sepeda di kampung kami. Tak mengecewakan memang masakannya. Oleh sebab itu banyak juga yang suka dengan ngefans dengan baksonya. Belum juga aku tanggap dan mengerti mengapa Jali datang kerumahku tanpa aku panggil dan pada jam yang masih sore. Tidak seprti biasanya, aneh memang. Tanpa basa basi istriku memanggil tetangga yanga da disekitar tempat tinggalku. Tak banyak hanya 10 – 15 orang. Seperti halnya tentara, dengan komando dari istriku seperti komandan, mereka menyerbu dengan lahap bakso yang ada di garasi. Entah berapa mangkok yang mereka habiskan untuk mengeyangkan perut mereka kau tak peduli. Mereka senang akupun senang karena pemberian apapun jika dari diri kita secara iklas dan mereka mau menerima dengan iklas, maka kebahagiaan itu akan terasa.
 “Semoga panjang umur dan sehat selalu ya, Abi. Lancar dalam segala hal kebaikan, menjaga dan menjadi ayah dan suami yang baik serta medapatkan ridho dan ingat selalu pada Allah “. Ucap istriku yang disambut dengan tawa riang para tetangga sambil mencicipi bakso.
Bengong aku mendengar kalimat itu keluar dari mulut istriku. Tak kusangka dengan wajah cemberut siang harinya ternyata berbuah kejutan hanya untuk mensyukuri panjang umur dan hari kelahiranku. Sedangkan aku sendiri tidak peduli dengan hari kelahiranku. Walaupun aku tahu tanggal ini adalah tanggal kelahiranku. Inilah menurutku kado terindah dari istriku dan anak-anaku. Bukan hal yang istimewa dan bagus lagi mewah, tapi kepedulian dan rasa kasih sayang mereka tetap ada untukku walaupun aku sendiri terkadang tidak bisa berbuat seperti itu. Itulah aku dengan segala kekurangan , kesalahan dan ego yang tinggi terkadang juga hinggap dalam diri aku.  
Tiga puluh tahun yang lalu tepatnya tanggal 19 Pebruari 1984. Aku dilahirkan dari seorang ibu yang ditunggu langsung oleh bapakku. 30 tahun sudah aku merasakan udara yang tak lagi sesegar dulu di dunia ini. 3 dekade aku hidup karena Allah menghendaki sampai ahari ini aku masih diberi waktu. Syukur alhamdulilah aku panjatkan padaNya. Kesehatan, panjang umur, rejeki dan semua yang diberikan Allah kepadaku. Namun, apalah arti seorang aku sebagai manusia yang serba salah dan penuh dosa, ternyata Allah masih sayang dengan hambaNya.Banyak ucapan dari rekan, teman, sahabat, saudara yang ada di jejaring sosial Facebook yang mengirimkan ucapan selamat ulang tahun. Dengan penuh doa mereka dengan iklas mengucapkan dan berdoa emoga segala kebaikan selalu aku dapatkan.
Aku lebih senang jika hari ini dianggap dengan istilah hari kelahiran dibandingkan dengan ulang tahun. Enatah kenapa, menurutku ulang tahun tidak cocok dan bertentangn dengan prinsip aku. Tahun adalah waktu, dan waktu tidak akan terulang tapi terus dijalani. Ulang tahun bukanlah dirayakan dengan segala kemewahan. Lebih dari itu sebagai kcca benggala pada diri kita. Sampai waktu ini, pada saat usia kita terhitung “mundur” untuk mencapai tujuan akhir, apa yang telah kita perbuat.
Tapi kelahiran mengingatkan kepada kita betapa penuh perjuangan, harapan dan doa dari orang tua kepada si jabang bayi yaitu kita nantinya akan menjadi seseorang yang sesuai dengan angan-angan orang tua. Tentunya semua adalah yang terbaik. Jikapun ada perayaan mewah dan kado, itu semua yang cocok menerima dan patut mendapatkan adalah orang tua kita khusunya ibu yang dengan perjuangan antara hidup dan mati, melahirkan kita. Aku berharap di tahun – tahun berikutnya jika Allah masih menghendaki dan berharap aku untuk mendapatkan umur panjang, Allah masih sayang kepadaku, keluargaku dan orang – orang disekitarku.
Spesial dan khususon untuk isteriku, ibu, bapaku, adik-adiku, anak-anaku. Semua ucapan aku persembahkan untuk kalian. Tanpa kalian, apalah artinya aku. Istriku yang selalu setia mendampingi walaupun baru bebrapa tahun kita membina rumah tangga. Dengan segala kesabaran dan kasih sayang menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai istri yang solehah. Selalu menemani aku dalam duka dan suka, susah senang, menagis tertawa. Dan aku sendiripun belum mampu dan tetap berusaha menjadi suami dan bapak yang baik. I Love You, Mama...Semoga Allah membalas kebaikanmu dan menjauhkan dirimu dari api neraka, dan surgalah temmpatmu kelak.
Ibu...special banget deh untuk njenengan. 30 tahun yang lalu ibu bertaruh nyawa demi aku. Sekarang aku sudah menjadi dewasa. Sifat kenak-kanaku masih juga ada. Kasih sayang engkau pada anakmu ini tak terbalaskan oleh apapun selain doa dariku semoga Ibu juga panjang umur, sehat selalu dan selalu dalam lindungan Allah. Seharusnya inilah hari ubu menurutku. Aku masih belum bisa menjadi anak yang berbakti. Namun doa tetap teriring di setiap waktu untukmu.
Bapak...special juga deh untuk njenengan. Akulah hasil karyamu di dalik bale bambu waktu itu heheheheh. Kerasnya didikanmu, tamparan, gamparan, cambukan, kedisiplinan yang engakau ajarkan ternyata mampu membuat aku memahami semuanya. Akulah yang salah, akulah yang bodoh, akulah yang tidak menurut. Apapun itu bapak, semua didikanmu telah membuat aku menjadi seorang lelaki yang tegar, yang insya allah dapat menjadi pemimpin sesuai harapan bapak. Apa jadinya jika bapak tidak mendidik aku dengan cara itu. Tentu aku tidak akan merasakan nikmatnya kehidupan ini. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan, panjang umur, rejeki yang barokah dan diberikan kemudahan dalam segala urusan. Aku belum bisa bisa memebrikan dan membalasa semua jasa ibu dan bapak.
Anak-anaku, kalian adalah penerus generasiku. Kalianlah yang selalu menghibur dengan segala kenakalan, kekonyolan, tangisa, manja dan keceriaan. Kalianlah yang juga memberikan spirit dan semangat di setiap hari. Kalianlah yang selalu sabar dan setia disetiap permasalahn yang muncul dalam rumah tangga ini. Katena kalianlah, aku dan mama kalian tetap semangat untuk meniti kehidupan. Semoga kalian juga diberikan kesehatan dan panjang umur oleh Allah, kelak menjadi anak yang sholeh, berbakti, dan berguna bagi sesama.
Adik-adikku...semoga kalian semua sukses dan sehat, panjang umur diberikan segala kemudahan oleh Allah. Walapun aku sendiri tidak pernah mengucapkan ulang tahun dan kalian juga tidak pernah mengucapkan ulang tahun kepadaku. Namun, ingatlah kita tetap satu darah, satu hati, satu rasa. Tanpa kalian juga apalah artinya kita, yang terpenting jadilah kita sebagai orang-orang yang bisa membanggakan bagi orang tua kita, keluarga kita dan orang – orang sekitar.
Saudaraku, sahabatku, teman-temanku...terima kasih banyak untuk kalian yang telah menyempatkan memberikan ucapan ualang tahun. Aku sendiri bisa dibilang tidak pernah mengucapkan ulang tahun kepada kalian dan tidak pernah peduli dengan kalian. Sebaliknya kalianlah yang peduli denganku. Semoga Allah memberikan panjang umur dan kesehatan serta sukses selalu buat kalian juga.


ALLOOHUMMA THOWWIL ‘UMUURONAA FII THOO’ATIKA WA THOO’ATI ROSUULIKA WAJ’ALNAA MIN ‘IBAADIKASH SHOOLIHIIN

“Ya Allah, panjangkanlah umur dalam mentaati-Mu dan mentaati utusan-Mu

serta jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang sholeh.”

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah mengunjungi gubuk saya...!!
Salam