Wednesday 26 June 2013

PERMAINAN TRADISIONAL DAKON di KELAS TEMATIK


PERMAINAN TRADISIONAL DAKON di KELAS TEMATIK
Mata pelajaran Matematika nampaknya sampai saat ini masih sebagai “hantu” bagi semua siswa, khusunya bagi siswa di tingkat Sekolah Dasar. Namun, pada dasarnya Matematika apabila dipelajari dengan baik maka akan timbul perasaan senang, suka, gembira dan akhirnya bisa.
Pembelajaran di SD khususnya pada kelas tematik atau kelas rendah, memang memerlukan tips dan trik dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dikarenakan bahwa pada usia SD tersebut anak didik masih diliputi sifat kekanak-kanakan atau masih suka bermain. Sehingga, alangkah baiknya dalam pembelajaran kita menggunakan metode education game ( game pendidikan ) yang fungsinya untuk memancing siswa dalam belajar, artinya bermain sambil belajar bukan belajar sambil bermain.
Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan, anak-anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spiritual.  Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa: “Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.
Pembelajaran di kelas tidak hanya menggunakan teori dan ceramah saja, tetapi penggunaan sumber dan alat belajar yang beragam dan bervariasi akan menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Menggunakan Alat Permaianan Tradisional untuk Pembelajaran.
Sebenarnya banyak sekali metode dan media pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyampaikan suatu materi mata pelajaran. Hal ini tergantung kepada pendidik (guru), bagaimana mengoptimalkan media pembelajaran dalam kelas untuk pembelajaran.
Sesuai dengan pokok bahasan di atas, penulis mencoba menggunakan metode game education dengan media pembelajaran alat permainan Congklak atau lebih populer kalau di Jawa adalah Dakon. Permainan Dakon ini merupakan permainan tradisional yang berkembang sejak dulu, bahkan permainan ini dulunya hanya untuk kalangan Kraton, tetapi pada perkembangannya dapat dimainkan oleh semua kalangan.
Permainan Dakon ini dapat dimainkan oleh 2 orang atau maksimal 4 orang, baik oleh perempuan maupun laki – laki. Ironisnya, saat ini banyak anak – anak yang tidak mengenal permainan Dakon. Karena banyak permainan yang lebih modern dan canggih, orang tua pun sekarang jarang memperkenalkan permainan ini pada anak – anaknya.
Alat permainan Dakon atau Congklak  selain murah, ringkas, dan mudah dalam penggunaannya, juga mengandung berbagai pelajaran karakter  antara lain  : 1) Belajar menghitung, 2) Kerjasama, 3) Ketelitian, 4) Kejujuran dan sebagainya.  Nah, pelajaran yang ada tersebut sangat sesuai dengan hasil karakter siswa yang diharapkan pada KTSP saat ini.
Alat permaian Dakon terbuat dari kayu atau bahan plastik dengan panjang kurang lebih 50 – 100 cm dan lebar 40 – 60 cm, dengan diberikan sepuluh lubang kecil 5 diatas dan 5 dibawah dengan diameter 10 10 cm , serta 2 lubang besar disamping kanan dan kiri dengan diameter lebih besar yaitu kurang lebih 15 cm. Kemudian disiapkan batu kecil sebanyak 100 buah. Yang dibagi 50 : 50 masing – masing pemain.
Alat permainan ini apabila kesulitan membuat dapat diganti dengan memainkannya di lantai ubin atau membeli di toko permainan jika masih ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :


Gb. 1
Konsep Perkalian (x) dan Pembagian (:).
Konsep pemahaman perkalian (x) dan pembagian ( : ) dasar mulai diajarkan di kelas tematik Sekolah Dasar, untuk mempersingkat dan mempercepat pembelajaran tanpa susah payah, biasanya guru memberikan tabel perkalian dan pembagian pada siswa, kemudian siswa diminta untuk menghafalkan perkalian mulai perkalian 1 hingga perkalian 10, begitu juga dengan pembagian, guru hanya memberitahukan bahwa pembagian adalah kebalikan dari perkalian atau sebaliknya.
Konsep Perkalian ( x ) adalah penjumlahan berulang – ulang, artinya suatu bilangan bila dijumlahkan dengan bilangan itu sendiri secara berulang – ulang maka akan menghasilkan operasi hitung baru yang berupa perkalian, contoh: 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 10, artinya angka 2   dijumlahkan dengan bilangan itu sendiri sebanyak lima kali maka hasilnya 10, maka bilangan perkaliannya adalah : 2 x 5 = 10, sehingga : 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 2 x 5, hasilnya 10.
Konsep pembagian adalah kebalikan dari perkalian, tetapi pada penyampaian kepada siswa tidak bisa disampaikan langsung bahwa pembagian adalah kebalikan perkalian, tetapi harus memahami dulu bagaimana pembagian itu bisa terjadi.
Pembagian adalah pengurangan suatu bilangan dengan bilangan lain secara berulang – ulang hingga habis. Contoh : 10 – 2 – 2 – 2 – 2 – 2  = 0, artinya bilangan 10 dikurangi 2 sebanyak 5 kali, maka bilangan matematikanya adalah 10 : 2 = 5 ( sepuluh dibagi dua sama dengan lima ). Jika kita balik dengan perkalian 2 x 5 = 10 (dua dikali lima sama dengan sepuluh). Nah, disinilah maka konsep perkalian dan pembagian dapat sedikit dmengerti oleh siswa.
Kenapa penulis mengatakan sedikit dimengerti, karena dengan konsep teori diatas tanpa dipraktekan dengan hal yang konkret maka siswa akan menemui kesulitan, apalagi bila sudah mencakup bilangan lebih dari 10.
Akan tetapi, dengan alat permainan Dakon minimal siswa bukan hanya mengerti dan hafal saja tetapi lebih dari itu siswa akan bisa dan lebih ingat. Pada prinsipnya, mendengar saja akan lupa, melihat dan mendengar hanya hafal, melihat, mendengar dan mengerjakan maka akan bisa dan ingat.
Penerapan Media Alat Permainan dalam Pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 – 4 orang pemain. Jika dua pemain maka akan berhadapan 1 lawan 1, tetapi jika 4 pemain akan saling berhadapan 2 lawan 2. Kemudian kita siapkan alat permainan Dakon beserta  isinya yang berupa batu kecil atau bisa juga dari biji buah Sawo ( baca = Kecik ) sebanyak 100 buah, kemudian dibagi 50 : 50 setiap pemain.
Gb.2
Jika sudah,  maka guru memberikan Instruksi kepada siswa. Sebagai contoh permulaan :  siswa diminta mengambil 10 batu kecil tadi, kemudian dimasukkan kepada lubang kecil yang lima sebanyak 2 batu setiap lubang. Disini guru bisa menjelaskan “ Anak – anak perhatikan, berapa batu yang dimasukan di setiap lubang tadi ? “. Maka siswa akan menjawab “ dua “. Kemudian bisa dilanjutkan : “  Berapa lubang yang telah terisi oleh batu ?”. maka siswa menjawab : “ Lima “.  “ Berapa batu yang ada disemua lubang seluruhnya ? “, siswa pasti akan menghitung dengan menjumlahkan semuanya dan menjawab dengan hasilnya 10 (sepuluh). Tanpa disadari konsep perkalian disini terpenuhi. Dapat disampaikan pula kepada anak didik bahwa lima lubang yang terisi 2 batu setiap lubangnya dapat dijadikan bilangan matematika    2 x 5 = 10. 2 batu dikalilkan dengan 5 yaitu lubangnya, maka jumlah batu semuanya ada sepuluh. (Gb.2)
 Jika siswa sudah mengerti maka dapat dinaikan jumlah bilangan batu tersebut semisal dari 10 batu dapat dijadikan 20 batu dan seterusnya, melihat kemampuan anak didik kita.
Gb.4
Gb.3
Untuk pemahaman konsep pembagian pada peserta didik, guru dapat memberikan instruksi kepada siswa untuk mengambil 20 batu sebagai contohnya. Kemudian 20 batu tersebut diletakan dalam salah satu lubang besar yang ada disamping (Gb.3).  Selanjutnya, siswa diminta mengambil batu tadi yang sudah di lubang besar sebanyak 4 buah kemudian diletakan pada 1 lubang kecil. Siswa mecatat 20 – 4, dan mencatat berapa sisa batu yang ada di lubang besar setelah dikurangi, kemudian siswa mengambil lagi 4 buah batu dan diletakan dalam lubang berikutnya dan menuliskan lagi disamping tulisan 20 – 4 dikurangi lagi 4 dan begitu terus setiap mengambil batu dan meletakan di lubang dikurangi 4, hingga habis batu yang ada dalam lubang besar.  
Setelah batu tersebut habis, maka guru dapat memberikan pertanyaan sebagai berikut : 1) Berapa batu yang ada dilubang besar tadi, 2) Berapa lubang kecil yang terisi oleh batu tersebut, 3) Berapa batu setiap lubangnya, 4) Sisa atau tidak batu yang ada dalam lubang besar tersebut (Gb.3). Maka guru dapat menjelaskan konsep Pembagian yaitu 20 – 4 – 4 – 4 – 4 – 4 = 0, artinya 20 : 5  = 4,  20 jumlah batunya, 5 adalah lubang kecilnya, dan 4 adalah bagian setiap lubangnya, jika dibalik dengan Perkalian  maka, 4 x 5 = 20.  
Jika siswa sudah memahami konsep tersebut maka dapat dinaikan jumlah bilangan sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran.
Kelebihan dan Kekurangan Media Pembelajaran Dakon.
Dalam penguasaan konsep dan pemahaman suatu materi pelajaran sangat diperlukan baik bagi guru maupun siswa. Karena dengan pemahaman dan penguasaan konsep pembelajaran, otomatis materi pelajaran dapat diserap dan diterima oleh siswa dengan baik, maka target yang diharapkan dapat terlaksana sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam Siabus, RPP, Prota dan Promes.
Kelebihan dari media pembelajaran ini, adalah : 1). Tidak memerlukan biaya yang sangat besar, murah meriah. 2). Siswa akan lebih senang dan enjoy dalam belajar Matematika, walaupun dikemas dalam bentuk permainan tetapi tidak meninggalkan tujuan pembelajaran. 3). Dapat meningkatkan daya kreativitas siswa, baik dari aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. 4). Menjalin rasa kebersamaan dan daya saing yang sportif antar siswa dalam pembelajaran kelompok. 5). Dalam kurun waktu 1 kali pertemuan konsep perkalian dan pembagian dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa. 6). Mengenalkan permainan tradisional yang bisa di implementasikan pada pelajaran lain, contohnya adalah Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK), Bahasa Daerah, PKn, dan sebagainya, sesuai dengan tema yang ada di pembelajaran Tematik.
Sedangkan kekurangan dan kelemahan dari media pembelajaran ini adalah : 1). Belum semua siswa dan guru mengerti tentang alat permainan congklak atau Dakon ini. 2). Media pembelajaran ini mudah rusak, dan 3). Belum tentu disemua daerah mengenal permainan ini.
Kesimpulan dari Penggunaan Media Pembelajaran Congklak.
Penulis telah mempraktekkan metode tersebut dalam pembelajaran, hasilnya dari 9 dari 10 siswa yang ada paham dan mengerti tentang konsep perkalian dan pembagian. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Abdulhak (2000: 25) menjelaskan bahwa proses pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta didik dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya.
Dengan adanya berbagai sumber dan media belajar yang ada diharapkan sebagai pendidik dapat meningkatkan mutu daripada pendidikan yang ada sekarang ini.
Sesuai dengan amanat Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Artinya, bahwa sesuai dengan Undang– undang tersebut maka metode dan penggunaan media belajar sudah sesuai.
Pemahaman konsep Perkalian  dan Pembagian  dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang tidak harus canggih, mahal dan modern. Tetapi bisa menggunakan alat tradisional sepanjang media tersebut dapat menjelaskan materi yang diajarkan.
            Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.
Penulis :
MOHAMAD RIDWAN, A. Ma. Pd. SD
Guru Kelas SDN Batok 01
Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun
Alamat : Jl. Margabawera III/3 Kota Madiun
Phone : 085 790 462 010

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah mengunjungi gubuk saya...!!
Salam