PERMAINAN
TRADISIONAL DAKON
di KELAS TEMATIK
Mata pelajaran
Matematika nampaknya sampai saat ini masih sebagai “hantu” bagi semua siswa,
khusunya bagi siswa di tingkat Sekolah Dasar. Namun, pada dasarnya Matematika
apabila dipelajari dengan baik maka akan timbul perasaan senang, suka, gembira
dan akhirnya bisa.
Pembelajaran di SD
khususnya pada kelas tematik atau kelas rendah, memang memerlukan tips dan trik
dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dikarenakan bahwa pada usia SD tersebut
anak didik masih diliputi sifat kekanak-kanakan atau masih suka bermain.
Sehingga, alangkah baiknya dalam pembelajaran kita menggunakan metode education game ( game pendidikan ) yang
fungsinya untuk memancing siswa dalam belajar, artinya bermain sambil belajar
bukan belajar sambil bermain.
Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) melalui
bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain
secara bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal
yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan, anak-anak
juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik
maupun mental intelektual dan spiritual. Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan
yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat
merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya
untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164)
bahwa: “Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan
kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.
Pembelajaran di kelas
tidak hanya menggunakan teori dan ceramah saja, tetapi penggunaan sumber dan
alat belajar yang beragam dan bervariasi akan menciptakan suasana pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Menggunakan
Alat Permaianan Tradisional untuk Pembelajaran.
Sebenarnya banyak
sekali metode dan media pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyampaikan
suatu materi mata pelajaran. Hal ini tergantung kepada pendidik (guru), bagaimana
mengoptimalkan media pembelajaran dalam kelas untuk pembelajaran.
Sesuai dengan pokok
bahasan di atas, penulis mencoba menggunakan metode game education dengan media
pembelajaran alat permainan Congklak
atau lebih populer kalau di Jawa adalah Dakon.
Permainan Dakon ini merupakan
permainan tradisional yang berkembang sejak dulu, bahkan permainan ini dulunya
hanya untuk kalangan Kraton, tetapi pada perkembangannya dapat dimainkan oleh
semua kalangan.
Permainan Dakon ini dapat dimainkan oleh 2 orang
atau maksimal 4 orang, baik oleh perempuan maupun laki – laki. Ironisnya, saat
ini banyak anak – anak yang tidak mengenal permainan Dakon. Karena banyak permainan yang lebih modern dan canggih, orang
tua pun sekarang jarang memperkenalkan permainan ini pada anak – anaknya.
Alat permainan Dakon atau Congklak selain murah,
ringkas, dan mudah dalam penggunaannya, juga mengandung berbagai pelajaran
karakter antara lain : 1) Belajar menghitung, 2) Kerjasama, 3)
Ketelitian, 4) Kejujuran dan sebagainya. Nah, pelajaran yang ada tersebut sangat sesuai
dengan hasil karakter siswa yang diharapkan pada KTSP saat ini.
Alat permaian Dakon terbuat dari kayu atau bahan
plastik dengan panjang kurang lebih 50 – 100 cm dan lebar 40 – 60 cm, dengan diberikan
sepuluh lubang kecil 5 diatas dan 5 dibawah dengan diameter 10 10 cm , serta 2
lubang besar disamping kanan dan kiri dengan diameter lebih besar yaitu kurang
lebih 15 cm. Kemudian disiapkan batu kecil sebanyak 100 buah. Yang dibagi 50 :
50 masing – masing pemain.
Alat
permainan ini apabila kesulitan membuat dapat diganti dengan memainkannya di
lantai ubin atau membeli di toko permainan jika masih ada. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :
Gb.
1
Konsep
Perkalian (x) dan Pembagian (:).
Konsep pemahaman perkalian (x) dan pembagian ( : ) dasar
mulai diajarkan di kelas tematik Sekolah Dasar, untuk mempersingkat dan
mempercepat pembelajaran tanpa susah payah, biasanya guru memberikan tabel perkalian dan pembagian pada siswa, kemudian siswa diminta untuk menghafalkan perkalian mulai perkalian 1 hingga perkalian 10, begitu juga dengan
pembagian, guru hanya memberitahukan bahwa pembagian
adalah kebalikan dari perkalian atau
sebaliknya.
Konsep Perkalian ( x )
adalah penjumlahan berulang – ulang, artinya suatu bilangan bila dijumlahkan
dengan bilangan itu sendiri secara berulang – ulang maka akan menghasilkan
operasi hitung baru yang berupa perkalian, contoh: 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 10,
artinya angka 2 dijumlahkan dengan bilangan itu sendiri
sebanyak lima kali maka hasilnya 10, maka bilangan perkaliannya adalah : 2 x 5
= 10, sehingga : 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 2 x 5, hasilnya 10.
Konsep pembagian adalah kebalikan dari perkalian, tetapi pada penyampaian
kepada siswa tidak bisa disampaikan langsung bahwa pembagian adalah kebalikan perkalian, tetapi harus memahami dulu
bagaimana pembagian itu bisa terjadi.
Pembagian
adalah pengurangan suatu bilangan dengan bilangan lain secara berulang – ulang
hingga habis. Contoh : 10 – 2 – 2 – 2 – 2 – 2 = 0, artinya bilangan 10 dikurangi 2 sebanyak 5
kali, maka bilangan matematikanya adalah 10 : 2 = 5 ( sepuluh dibagi dua sama
dengan lima ). Jika kita balik dengan perkalian 2 x 5 = 10 (dua dikali lima
sama dengan sepuluh). Nah, disinilah maka konsep perkalian dan pembagian dapat
sedikit dmengerti oleh siswa.
Kenapa penulis
mengatakan sedikit dimengerti, karena dengan konsep teori diatas
tanpa dipraktekan dengan hal yang konkret maka siswa akan menemui kesulitan,
apalagi bila sudah mencakup bilangan lebih dari 10.
Akan tetapi, dengan alat
permainan Dakon minimal siswa bukan
hanya mengerti dan hafal saja tetapi lebih dari itu siswa akan bisa dan lebih
ingat. Pada prinsipnya, mendengar saja akan lupa, melihat dan mendengar hanya
hafal, melihat, mendengar dan mengerjakan maka akan bisa dan ingat.
Penerapan
Media Alat Permainan dalam Pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya
siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 – 4 orang
pemain. Jika dua pemain maka akan berhadapan 1 lawan 1, tetapi jika 4 pemain
akan saling berhadapan 2 lawan 2. Kemudian kita siapkan alat permainan Dakon beserta isinya yang
berupa batu kecil atau bisa juga dari biji buah Sawo ( baca = Kecik ) sebanyak 100 buah, kemudian dibagi 50 : 50 setiap
pemain.
Gb.2
|
Jika siswa sudah mengerti maka dapat dinaikan
jumlah bilangan batu tersebut semisal dari 10 batu dapat dijadikan 20 batu dan
seterusnya, melihat kemampuan anak didik kita.
Gb.4
|
Gb.3
|
Setelah batu tersebut
habis, maka guru dapat memberikan pertanyaan sebagai berikut : 1) Berapa batu
yang ada dilubang besar tadi, 2) Berapa lubang kecil yang terisi oleh batu
tersebut, 3) Berapa batu setiap lubangnya, 4) Sisa atau tidak batu yang ada dalam
lubang besar tersebut (Gb.3). Maka guru dapat menjelaskan konsep Pembagian yaitu 20 – 4 – 4 – 4 – 4 – 4 =
0, artinya 20 : 5 = 4, 20 jumlah batunya, 5 adalah lubang kecilnya,
dan 4 adalah bagian setiap lubangnya, jika dibalik dengan Perkalian maka, 4 x 5 = 20.
Jika siswa sudah
memahami konsep tersebut maka dapat dinaikan jumlah bilangan sesuai dengan
kebutuhan dalam pembelajaran.
Kelebihan
dan Kekurangan Media Pembelajaran Dakon.
Dalam penguasaan konsep
dan pemahaman suatu materi pelajaran sangat diperlukan baik bagi guru maupun
siswa. Karena dengan pemahaman dan penguasaan konsep pembelajaran, otomatis
materi pelajaran dapat diserap dan diterima oleh siswa dengan baik, maka target
yang diharapkan dapat terlaksana sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam
Siabus, RPP, Prota dan Promes.
Kelebihan dari media
pembelajaran ini, adalah : 1). Tidak memerlukan biaya yang sangat besar, murah
meriah. 2). Siswa akan lebih senang dan enjoy dalam belajar Matematika,
walaupun dikemas dalam bentuk permainan tetapi tidak meninggalkan tujuan
pembelajaran. 3). Dapat meningkatkan daya kreativitas siswa, baik dari aspek
Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. 4). Menjalin rasa kebersamaan dan daya
saing yang sportif antar siswa dalam pembelajaran kelompok. 5). Dalam kurun
waktu 1 kali pertemuan konsep perkalian
dan pembagian dapat dipahami dan
dimengerti oleh siswa. 6). Mengenalkan permainan tradisional yang bisa di
implementasikan pada pelajaran lain, contohnya adalah Seni Budaya dan
Ketrampilan (SBK), Bahasa Daerah, PKn, dan sebagainya, sesuai dengan tema yang
ada di pembelajaran Tematik.
Sedangkan kekurangan
dan kelemahan dari media pembelajaran ini adalah : 1). Belum semua siswa dan
guru mengerti tentang alat permainan congklak
atau Dakon ini. 2). Media
pembelajaran ini mudah rusak, dan 3). Belum tentu disemua daerah mengenal
permainan ini.
Kesimpulan
dari Penggunaan Media Pembelajaran Congklak.
Penulis telah
mempraktekkan metode tersebut dalam pembelajaran, hasilnya dari 9 dari 10 siswa
yang ada paham dan mengerti tentang konsep perkalian
dan pembagian. Sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh Abdulhak (2000: 25)
menjelaskan bahwa proses pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta
didik dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya.
Dengan adanya berbagai
sumber dan media belajar yang ada diharapkan sebagai pendidik dapat
meningkatkan mutu daripada pendidikan yang ada sekarang ini.
Sesuai dengan amanat
Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Artinya, bahwa sesuai dengan
Undang– undang tersebut maka metode dan penggunaan media belajar sudah sesuai.
Pemahaman konsep Perkalian dan Pembagian
dapat menggunakan berbagai media dan
sumber belajar yang tidak harus canggih, mahal dan modern. Tetapi bisa
menggunakan alat tradisional sepanjang media tersebut dapat menjelaskan materi
yang diajarkan.
Semoga
bermanfaat dan selamat mencoba.
Penulis :
MOHAMAD RIDWAN,
A. Ma. Pd. SD
Guru Kelas SDN
Batok 01
Kecamatan
Gemarang Kabupaten Madiun
Alamat : Jl.
Margabawera III/3 Kota Madiun
Phone : 085 790
462 010
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah mengunjungi gubuk saya...!!
Salam