KEAKSARAAN FUNGSIONAL SEBAGAI MEDIA PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

 Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan modern diiringi pula dengan era globalisasi yang sedang berkembang, maka perlu adanya kemajuan dan tingkat intelegensia Sumber Daya Manusia agar tidak tertinggal atau bahkan digilas dengan era yang serba maju pada saat ini. Salah satu tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Saat ini disadari atau tidak, Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara=negara lain berdasarkan IPM. IPM Indonesia masih di bawah standart berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh UNDP (The United Nations Development Programme) atau Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Melihat data yang disajikan, bahwa pada April tahun 2012 kemarin IPM Indonesia masuk pada peringkat ke 117 dari 177 negara.  Bila dibandingkan dengan beberapa  tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2009 di tingkat 109 dan pada tahun 2010 di tingkat 108 (sumber : http://mudjiarahardjo.com). Sedangkan berdasarkan sumber lain seperti yang ditulis oleh Omas Bulan Samosir (Kompas, 25/11/2011), pada tahun 2011 menjadi urutan 124 dari 187 negara yang disurvei. IPM didasarkan pada tiga indikator, yaitu : yaitu : 1) ekonomi, dilihat dari pendapatan dan daya beli perkapita,  2) kesehatan , dilihat dari angka harapan hidup, dan 3) pendidikan, dilihat dari angka harapan anak usia sekolah.
Nana Swarasama ( Suara Merdeka,27 Juli 2007) meyebutkan bahwa, keterpurukan Indonesia bila dilihat dari IPM, lebih faktual disebabkan oleh karena masih banyaknya penduduk yang menyandang buta aksara.  Hal ini tentunya sangat memprihatinkan bagi Indonesia apalagi “hari gini” masih banyak yang belum mendapatkan pendidikan secara memadai. Prof. Dr. H Mudjia Rahardjo, MSI. 2001, menyatakan bahwa “IPM kita sangat terkait sekali dengan masalah pendidikan. Tidak ada bangsa yang mengalami kemajuan tanpa mengalami dan melalui pembangunan pendidikan yang baik” (http://www.mudjiarahardjo.com).