Seperti biasa
tugas saya sebagai guru aku jalankan setiap hari. Hari ini sedikit berbeda
dengan aktifitasku mengajar daripada hari – hari sebelumnya. Capek dan lelah
dalam perjalanan dari rumah menuju sekolah tempat aku mengajar yang membutuhkan
waktu 1 jam dengan jarak tempuh 40 KM menuju lereng Gunung Wilis, aku tetap
berusaha tampil prima dan elegan bagai artis di depan kamera ( heheheh...narsis
dikit gak apa – apa ). Itu semua aku lakukan demi murid – muridku tersayang.
Sesampai di
sekolah aku lihat jam dinding yang tidak berhenti berdetak, eh..ternyata sudah
pukul 07.15. hari ini aku terlambat. Memang hari ini aku disibukan dengan
rewelan bayiku yang baru berumur 2 tahun kurang 2 bulan. Maklumlah..namanya
anak kecil lihat bapaknya udah ganteng dan naik motor pengennya ikut terus. Di
kantor sudah duduk manis Sang Empunya Sekolah ( Kepsek ). Dengan sedikit cengar
cengir aku beranikan untuk salaman dan bilang “ Maaf pak, terlambat...”. “ Oh..ya
gak apa-apa sudah terbiasa terlambat kok..”. Jawab Pak Kepala Sekolah dengan
sedikit senyum sinis.
Langsung saja
aku taruh tas, dalam hati aku bertanya, “ Memang aku sering terlambat ya, guru
yang rumahnya dekat aja datangnya jam delapan..”. Namun aku tidak menggubris
ucapan Si Kumis tadi ( Kepala Sekolah ), bergegas aku masuk kelas untuk
mengajar dan bertemu dambaan hatiku ( murid-muridku). Disanalah mereka dengan
setia menunggu aku untuk masuk kelas dan membimbing mereka.
Tidak berbeda
dengan aktivitas didalam kelas sehari-harinya. Aku ucapkan salam pada muridku,
memimpin doa bersama – sama, menanyakan kabar teman-teman kecilku. Alhamdulilah
semuanya masuk tanpa ada yang ijin dan sakit. Aku lihat raut muka mereka yang
penuh semangat dan keceriaan. Entah apa yang mereka pikirkan..mungkin juga senang
kali lihat gurunya ganteng ..hehehehehehe.
Hari ini
waktunya mata pelajaran IPS untuk kelas 3 semester II. Materi yang akan aku
sampaikan terkait dengan jenis – jenis pekerjaan. Masuk pada apersepsi, aku
menceritakan tentang seorang tukang becak, pilot, dokter, guru yang semuanya
itu pada kegiatan inti adalah pekerjaan yang menghasilkan jasa. Kemudian aku
ceritakan pula baju seragam , sepatu, meja, kursi, petani dan semuanya itu juga
pada kegiatan inti adalah pekerjaan yang menghasilkan barang.
Ada sedikit
kegundahan dalam hati. Saat masuk pada akhir kegiatan inti, aku pun memberikan
pertanyaan lisan yang berasal dari LKS untuk menguji sejauh mana siswaku
memahami tentang jenis pekerjaan. Dalam LKS itu ada satu soal pilihan ganda
yang isinya seperti ini :
Di bawah ini,
manakah pekerjaan yang menghasilkan jasa.
a.
Kuli
Batu
b.
Pengrajin
c.
Penjahit
d.
Pelawak
Tentu saja
muridku menjawab pelawak. Kemudian aku kembali bertanya.
“Kenapa kok
pelawak pekerjaan yang menghasilkan jasa ? “.
Spontan ada murid yang menjawab “ Karena lucu,
pak !”.
“Kamu kenal
nggak sama pelawak yang ada di televisi?”. Tanyaku lagi pada muridku.
“Kenal, pak. ada
Olga, Kiwil, Billy, Adul, Deny dan Wendy
Cagur, Caesar, Soimah, itu loh pak yang ada di YKS, apalagi kalau waktu joget
Oplosan.”. jawab salah satu muridku. Belum berhenti di situ, muridku juga
memperagakan goyang Oplosan yang disambut tawa teman-temanya satu kelas. Sambil
aku perhatikan tingkah polos muridku , dalam benak aku berpikir, “ Gila bener
nih anak-anak, acara TV aja hafal siapa artisnya, sampai jogetnya pun dia hafal
di luar kepala. Hebat juga nih TV bisa beri pelajaran yang mudah diingat oleh
siswa “.
Setelah si siswa
tadi usai joget oplosan walaupun hanya gerakan yang mudah diingat penonton, aku
taruh buku itu diatas meja. Perasan hati ini galau kalau bahasa keren sekarang.
Mengapa tidak, anak usia SD yang baru kelas III sudah hafal acara TV seperti
itu, lalu aku pun sedikit santai menangapi si murid tadi. Hitung – hitung
survei kecil lah, bagaimana sih pengaruh hiburan TV saat ini terhadap motivasi
belajar siswaku?
Akupun
mulai bertanya pada beberapa anak, siapa
yang bisa goyangan yang ada di YKS. Tanpa disangka dari 10 siswa yang ada
hampir semuanya bisa dan angkat tangan. Entah ini fenomena atau aku saja guru
yang goblok yang nggak bisa goyang. Lalu aku tunjuk 3 anak untuk praktekan
goyang oplosan. 1 anak menyanyi dan 2 anak joget. Eh...tanpa keraguan dan cakap
mereka nyanyi dan bergoyang. Setelah
mereka puas dengan atraksi mereka, dan akupun sedikit terhibur dengan tingkah laku
muridku kupersilahkan mereka duduk kembali. Lalu aku menunjuk salah satu siswa
tersebut untuk maju di depan kelas dan saya suruh hafalkan Pancasila. Sesuai
dugaanku, Pancasila yang setiap hari Senin pada waktu upacara selalu dibacakan
dan ditirukan serta pada semester lalu juga sudah dibahas mengenai Pancasila,
di dinding kelaspun sudah terpampang Pancasila, muridku tadi tidak hafal
mengucapkan, kadang – kadang terbalik, dan kadang juga tidak lengkap.
Bel Istirahat
pun berdering, segera siswaku saya suruh duduk kembali dan pelajaranpun aku
tutup. Dalam pembelajaran ini tampaknya aku belum tuntas, karena fokus pada
atrkasi siswa dengan Joget Oplosannya. Namun sampai saat aku menulis curhatku
ini, aku berpikir, sampai separah itu acara TV yang ditayangkan bisa
mempengaruhi siswa bahkan usia sekolah dasar. Justru sebaliknya, disaat mereka
harus menghafal pelajaran, mereka kesulitan untuk mengerjakan. Aku tidak akan
bercerita tentang bagaimana sikap Pak Kumis waktu terlambat, bagaimana
lengkapnya pembelajaran di dalam kelas. Aku hanya menyampaikan uneg-uneg.
Dahsyatnya
pengaruh televisi apalagi tayangan – tayangan yang diputar pada waktu belajar
siswa, serta pengawasan dari orang tua memang sangat berpengaruh terhadap
kondisi anak dalam belajar. Jangankan YKS yang baru ngetrend saat ini. Dulu
sewaktu acara sekelas OVJ pun banyak anak yang hafal dengan joget si Sule.
Parahnya lagi ada beberapa orang tua yang sering menayangkan tontonan jogetan
yang tidak pantas sewaktu anak – anak berada dirumah, baik itu dari VCD atau
dari televisi. Dan orang tua pun tidak melarang anak-anaknya untuk menonton.
Sangat
disayangkan memang kejadian seperti ini, sekolah hanya mempunyai waktu 5 – 7
jam dalam membimbing anak-anak. Sedangkan peran orang tua dan masyarakat
mempunyai waktu yang banyak dalam membentuk karakter. Walaupun disekolah juga
dibina dan dibimbing dengan karakter yang baik. Dalam hal ini, seperti tontonan
yang ada dan marak di TV bukan sekedar tontonan saja nampaknya tapi malah
menjadi tuntunan.
Sebenarnya sudah
banyak protes dari kalangan masyarakat dan KPI pun juga turun tangan. Namun
yang berubah justru bukan pada jam tayangnya, tapi hanya pada jogednya saja
yang sebelumnya dianggap mengandung pornografi. Banyak pula yang mengatakan bahwa acara
tersbut tidak mendidik dan hanya merusak moral khususnya bagi anak usia
sekolah. Tapi, jika kita lihat pada acara tersebut, banyak pula ibu-ibu,
bapak-bapak, anak – anak usia sekolah yang ikut nonton di studio. Kalau orang
tuanya saja ikut nonton dan goyang bahkan sampai larut malam, bagaimana dengan
anak-anaknya. Mengutip dari http://www.merdeka.com/peristiwa/situs-kpi-dibanjiri-kritik-soal-acara-yks.html ada pernyataan yang menyebutkan bahwa tayangan YKS yang berdurasi
selama 4 jam dari pukul 19.30 WIB hingga pukul 23.30 WIB dinilai tidak pas. Di
jam tersebut masih banyak anak-anak yang menonton acara tersebut dan ikut menirukan
goyangan sensual para pembawa acara. Goyang oplosan dalam acara YKS dinilai
terlalu sensual dan mudah ditiru oleh anak-anak.
Tidak serta
merta tidak setuju dengan tayangan tersebut. Namun, alangkah baiknya berbagai
pihak juga melirik dengan adanya tayangan ini. Bolehlah sebagai hiburan karena
memang hiburan diperlukan. Tapi lebih dari itu yang perlu diperhatikan pula
adalah efeknya kepada masyarakat, baik dari kalangan dewasa maupun anak-anak.
Bisa jadi tayangan –tayangan tersebut dapat rating tertinggi, tapi belum tentu
mempunyai efek yang baik. Stasiun Tv hanyalah mengejar keuntungan komersial
tanpa memperhatikan akibatnya. Itulah
Indonesia, mengutip pernyataan mentalist terkenal Dedy Courbudzer, “ Saat
kualitas kalah dengan kuantitas”. Tergantung bagaimana kita menyikapi. Apalagi
sebagai pendidik (guru), inilah tugas kita untuk membawa generasi bangsa agar
tidak terjerumus.
PSW ( Purbo
Saputro Wibowo – Sam Wan )
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah mengunjungi gubuk saya...!!
Salam