Friday 17 January 2014

DISAAT YKS MENGALAHKAN YKS ( YUK KITA SEKOLAH ).


Seperti biasa tugas saya sebagai guru aku jalankan setiap hari. Hari ini sedikit berbeda dengan aktifitasku mengajar daripada hari – hari sebelumnya. Capek dan lelah dalam perjalanan dari rumah menuju sekolah tempat aku mengajar yang membutuhkan waktu 1 jam dengan jarak tempuh 40 KM menuju lereng Gunung Wilis, aku tetap berusaha tampil prima dan elegan bagai artis di depan kamera ( heheheh...narsis dikit gak apa – apa ). Itu semua aku lakukan demi murid – muridku tersayang.

Sesampai di sekolah aku lihat jam dinding yang tidak berhenti berdetak, eh..ternyata sudah pukul 07.15. hari ini aku terlambat. Memang hari ini aku disibukan dengan rewelan bayiku yang baru berumur 2 tahun kurang 2 bulan. Maklumlah..namanya anak kecil lihat bapaknya udah ganteng dan naik motor pengennya ikut terus. Di kantor sudah duduk manis Sang Empunya Sekolah ( Kepsek ). Dengan sedikit cengar cengir aku beranikan untuk salaman dan bilang “ Maaf pak, terlambat...”. “ Oh..ya gak apa-apa sudah terbiasa terlambat kok..”. Jawab Pak Kepala Sekolah dengan sedikit senyum sinis.
Langsung saja aku taruh tas, dalam hati aku bertanya, “ Memang aku sering terlambat ya, guru yang rumahnya dekat aja datangnya jam delapan..”. Namun aku tidak menggubris ucapan Si Kumis tadi ( Kepala Sekolah ), bergegas aku masuk kelas untuk mengajar dan bertemu dambaan hatiku ( murid-muridku). Disanalah mereka dengan setia menunggu aku untuk masuk kelas dan membimbing mereka.
Tidak berbeda dengan aktivitas didalam kelas sehari-harinya. Aku ucapkan salam pada muridku, memimpin doa bersama – sama, menanyakan kabar teman-teman kecilku. Alhamdulilah semuanya masuk tanpa ada yang ijin dan sakit. Aku lihat raut muka mereka yang penuh semangat dan keceriaan. Entah apa yang mereka pikirkan..mungkin juga senang kali lihat gurunya ganteng ..hehehehehehe.
Hari ini waktunya mata pelajaran IPS untuk kelas 3 semester II. Materi yang akan aku sampaikan terkait dengan jenis – jenis pekerjaan. Masuk pada apersepsi, aku menceritakan tentang seorang tukang becak, pilot, dokter, guru yang semuanya itu pada kegiatan inti adalah pekerjaan yang menghasilkan jasa. Kemudian aku ceritakan pula baju seragam , sepatu, meja, kursi, petani dan semuanya itu juga pada kegiatan inti adalah pekerjaan yang menghasilkan barang.
Ada sedikit kegundahan dalam hati. Saat masuk pada akhir kegiatan inti, aku pun memberikan pertanyaan lisan yang berasal dari LKS untuk menguji sejauh mana siswaku memahami tentang jenis pekerjaan. Dalam LKS itu ada satu soal pilihan ganda yang isinya seperti ini :
Di bawah ini, manakah pekerjaan yang menghasilkan jasa.
a.       Kuli Batu
b.      Pengrajin
c.       Penjahit
d.      Pelawak
Tentu saja muridku menjawab pelawak. Kemudian aku kembali bertanya.
“Kenapa kok pelawak pekerjaan yang menghasilkan jasa ? “.
 Spontan ada murid yang menjawab “ Karena lucu, pak !”.
“Kamu kenal nggak sama pelawak yang ada di televisi?”. Tanyaku lagi pada muridku.
“Kenal, pak. ada Olga,  Kiwil, Billy, Adul, Deny dan Wendy Cagur, Caesar, Soimah, itu loh pak yang ada di YKS, apalagi kalau waktu joget Oplosan.”. jawab salah satu muridku. Belum berhenti di situ, muridku juga memperagakan goyang Oplosan yang disambut tawa teman-temanya satu kelas. Sambil aku perhatikan tingkah polos muridku , dalam benak aku berpikir, “ Gila bener nih anak-anak, acara TV aja hafal siapa artisnya, sampai jogetnya pun dia hafal di luar kepala. Hebat juga nih TV bisa beri pelajaran yang mudah diingat oleh siswa “.
Setelah si siswa tadi usai joget oplosan walaupun hanya gerakan yang mudah diingat penonton, aku taruh buku itu diatas meja. Perasan hati ini galau kalau bahasa keren sekarang. Mengapa tidak, anak usia SD yang baru kelas III sudah hafal acara TV seperti itu, lalu aku pun sedikit santai menangapi si murid tadi. Hitung – hitung survei kecil lah, bagaimana sih pengaruh hiburan TV saat ini terhadap motivasi belajar siswaku?
Akupun mulai  bertanya pada beberapa anak, siapa yang bisa goyangan yang ada di YKS. Tanpa disangka dari 10 siswa yang ada hampir semuanya bisa dan angkat tangan. Entah ini fenomena atau aku saja guru yang goblok yang nggak bisa goyang. Lalu aku tunjuk 3 anak untuk praktekan goyang oplosan. 1 anak menyanyi dan 2 anak joget. Eh...tanpa keraguan dan cakap mereka nyanyi dan bergoyang.  Setelah mereka puas dengan atraksi mereka, dan akupun sedikit terhibur dengan tingkah laku muridku kupersilahkan mereka duduk kembali. Lalu aku menunjuk salah satu siswa tersebut untuk maju di depan kelas dan saya suruh hafalkan Pancasila. Sesuai dugaanku, Pancasila yang setiap hari Senin pada waktu upacara selalu dibacakan dan ditirukan serta pada semester lalu juga sudah dibahas mengenai Pancasila, di dinding kelaspun sudah terpampang Pancasila, muridku tadi tidak hafal mengucapkan, kadang – kadang terbalik, dan kadang juga tidak lengkap.
Bel Istirahat pun berdering, segera siswaku saya suruh duduk kembali dan pelajaranpun aku tutup. Dalam pembelajaran ini tampaknya aku belum tuntas, karena fokus pada atrkasi siswa dengan Joget Oplosannya. Namun sampai saat aku menulis curhatku ini, aku berpikir, sampai separah itu acara TV yang ditayangkan bisa mempengaruhi siswa bahkan usia sekolah dasar. Justru sebaliknya, disaat mereka harus menghafal pelajaran, mereka kesulitan untuk mengerjakan. Aku tidak akan bercerita tentang bagaimana sikap Pak Kumis waktu terlambat, bagaimana lengkapnya pembelajaran di dalam kelas. Aku hanya menyampaikan uneg-uneg.
Dahsyatnya pengaruh televisi apalagi tayangan – tayangan yang diputar pada waktu belajar siswa, serta pengawasan dari orang tua memang sangat berpengaruh terhadap kondisi anak dalam belajar. Jangankan YKS yang baru ngetrend saat ini. Dulu sewaktu acara sekelas OVJ pun banyak anak yang hafal dengan joget si Sule. Parahnya lagi ada beberapa orang tua yang sering menayangkan tontonan jogetan yang tidak pantas sewaktu anak – anak berada dirumah, baik itu dari VCD atau dari televisi. Dan orang tua pun tidak melarang anak-anaknya untuk menonton.
Sangat disayangkan memang kejadian seperti ini, sekolah hanya mempunyai waktu 5 – 7 jam dalam membimbing anak-anak. Sedangkan peran orang tua dan masyarakat mempunyai waktu yang banyak dalam membentuk karakter. Walaupun disekolah juga dibina dan dibimbing dengan karakter yang baik. Dalam hal ini, seperti tontonan yang ada dan marak di TV bukan sekedar tontonan saja nampaknya tapi malah menjadi tuntunan.
Sebenarnya sudah banyak protes dari kalangan masyarakat dan KPI pun juga turun tangan. Namun yang berubah justru bukan pada jam tayangnya, tapi hanya pada jogednya saja yang sebelumnya dianggap mengandung pornografi.  Banyak pula yang mengatakan bahwa acara tersbut tidak mendidik dan hanya merusak moral khususnya bagi anak usia sekolah. Tapi, jika kita lihat pada acara tersebut, banyak pula ibu-ibu, bapak-bapak, anak – anak usia sekolah yang ikut nonton di studio. Kalau orang tuanya saja ikut nonton dan goyang bahkan sampai larut malam, bagaimana dengan anak-anaknya. Mengutip dari    http://www.merdeka.com/peristiwa/situs-kpi-dibanjiri-kritik-soal-acara-yks.html ada pernyataan yang menyebutkan bahwa  tayangan YKS yang berdurasi selama 4 jam dari pukul 19.30 WIB hingga pukul 23.30 WIB dinilai tidak pas. Di jam tersebut masih banyak anak-anak yang menonton acara tersebut dan ikut menirukan goyangan sensual para pembawa acara. Goyang oplosan dalam acara YKS dinilai terlalu sensual dan mudah ditiru oleh anak-anak.
Tidak serta merta tidak setuju dengan tayangan tersebut. Namun, alangkah baiknya berbagai pihak juga melirik dengan adanya tayangan ini. Bolehlah sebagai hiburan karena memang hiburan diperlukan. Tapi lebih dari itu yang perlu diperhatikan pula adalah efeknya kepada masyarakat, baik dari kalangan dewasa maupun anak-anak. Bisa jadi tayangan –tayangan tersebut dapat rating tertinggi, tapi belum tentu mempunyai efek yang baik. Stasiun Tv hanyalah mengejar keuntungan komersial tanpa memperhatikan akibatnya.  Itulah Indonesia, mengutip pernyataan mentalist terkenal Dedy Courbudzer, “ Saat kualitas kalah dengan kuantitas”. Tergantung bagaimana kita menyikapi. Apalagi sebagai pendidik (guru), inilah tugas kita untuk membawa generasi bangsa agar tidak terjerumus.


PSW ( Purbo Saputro Wibowo – Sam Wan )

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah mengunjungi gubuk saya...!!
Salam